“Jumlah
Korban dan Kerusakan Akibat Gempa Terus Bertambah”
Gempa dengan kekuatan 6,2 SR
mengguncang kuat dua kabupaten di Aceh; yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan
Kabupaten Bener Meriah pada hari Selasa (2/7) pukul 14.30 WIB. Gempa ini
berpusat di daratan dengan kedalaman 10 kilometer dan telah menimbilkan kerusakan
besar walaupun memiliki magnitudo gempa yang lebih rendah. Pada hari yang sama,
juga telah terjadi gempa susulan paling tidak hingga 16 kali dan diataranya
terdapat dua kali gempa yang sangat terasa, yakni pukul 20.55 WIB dengan
kekuatan 5,5 SR dan pukul 22.36 WIB den gan kekuatan 5,3 SR.
Sore hari, pasca gempa terjadi telah menyebabkan kepanikan yang
luar biasa pada masyarakat dengan merebaknya berbagai isu yang diantaranya
menyebutkan akan meletusnya Gunung berapi Burni Telong dan akan terjadinya
tsunami yang berasal dari Danau Lot Tawar. Masyarakat berhamburan keluar dari
rumah dan berlarian mengungsi ke luar dari kota mencari tempat yang dirasakan
lebih aman. Serta beberapa saat kemudian terjadilah ribuan pengungsi memadati
jalan-jalan dalam keadaan tak terkendali untuk bergerak keluar dari Kota
Takengon dan Bener Meriah. Keadaan ini semakin diperparah dengan terputusnya
sarana komunikasi dan listrik di dua lokasi kejadian ini.
Jumlah korban dan kerusakan akibat gempa, hingga saat ini terus
bertambah. Berdasarkan informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana,
sampai dengan Hari Minggu (7/7) tercatat 40 orang meninggal, 63 orang luka
berat, 2.362 orang rawat jalan, dan kerusakan rumah mencapai 15.919 unit serta
telah menimbulkan gelombang pengungsian mencapai 22.125 orang. BNPB
menetapkan Masa tanggap darurat berlangsung selama 2 minggu yaitu 3-17 Juli
2013, dan nantinya akan dievaluasi sesuai dengan kondisi di lapangan.
Keberadaan
Bandar Udara Rembele dalam penangan Bencana Gempa bumi ini memiliki peran yang
sangat penting. Dalam penanganan pada saat dan pasca gempa terjadi dibutuhkan jalur
evakuasi dan distribusi logistik yang cepat. Pada saat bencana terjadi,
pencarian, penyelamatan dan evakuasi menjadi fokus utama. Kemudian pada saat
pasca gempa, fokus utama adalah menyalurkan distribusi logistik dari luar
daerah bencana. Satu-satunya jalur evakuasi dan distribusi logistik yang paling
cepat dari moda transportasi yang ada adalah sarana transportasi udara.
Setelah gempa terjadi, Bandar Udara Rembele menjadi bandara yang
dimanfaatkan baik untuk jalur evakuasi maupun pendistribusian logistik.
Masyarakat berharap, dalam keadaan darurat Pemerintah dapat bertindak secepat
mungkin dalam memberikan bantuan dan melakukan proses evakuasi terhadap
korban bencana melalui Bandar udara. Sehari setelah gempa, (3/7), Gubernur
bersama rombongan dengan menumpang pesawat milik MAF langsung mendarat di
Bandar Udara Rembele pada pagi hari, tanpa adanya dukungan transportasi
udara ini tentunya hal ini akan menyulitkan, Pada hari yang sama, Rabu, 3 Juli
2013 Menko Kesra, Mensos beserta rombongan mendarat pukul 16.30 WIB; dan Kami
(4/7) 4 Korban gempa dievakuasi ke Banda Aceh untuk dirujuk ke rumah sakit
Zainoel Abidin.
Distribusi bantuan dari berbagai pihak terus berdatangan ke
Kabupaten Bener Meriah. Jalur distribusi yang cepat saat ini masih bergantung
pada jalur udara melalui pesawat Hercules dan Cargo, mengingat jalur darat
masih terbatas dikarenakan kerusakan badan jalan akibat lonsor pasca gempa.
BNPB telah mengirimkan sekitar 40 ton bantuan logistik dan peralatan termasuk
alat-alat kesehatan dan obat ,tenda keluarga, selimut, tikar/matras/kasur,
permakanan, sandang ke Bener Meriah dan Aceh Tengah, baik melalui jalur darat
maupun dari udara dengan pesawat Hercules dan kargo.
Keberadaan jalur transportasi udara dalam penanggulangan keadaan
darurat bencana bukanlah hal kecil yang dapat diabaikan. Disisi lain,
dikarenakan kekurangan prasarana dan fasilitas telah membuat bandar udara
Rembele terbatas dalam kapasitas evakuasi dan distribusi logistik mendesak.
Bandara Rembele memiliki panjang landasan 1.400 Meter yang hanya dapat didarati
oleh pesawat sejenis Fokker 50 dan CN 235. Fasilitas Navigasi hanya terbatas
dengan adanya Non Directional Beacon (NDB), dan sarana komunikasi yang ada
hanyalah perangkat SSB/VHF. Bandara ini juga belum dilengkapi dengan
perangkat Airfield Lightning System (AFL) yang memungkinkan untuk operasional
penerbangan malam. Untuk menjawab tantangan kedepan, tentunya dibutuhkan
peningkatan kapasitas Bandar udara secara sistematis di Aceh khususnya dalam
hal Penanggulangan bencana.
Dishubkomintel.acehprov
Tidak ada komentar:
Posting Komentar