Kata seudati berasal dari bahasa
Arab syahadati atau syahadatain, yang berarti kesaksian atau
pengakuan. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa kata seudati berasal dari
kata seurasi yang berarti harmonis atau kompak. Seudati mulai
dikembangkan sejak agama Islam masuk ke Aceh. Penganjur Islam memanfaatkan
tarian ini sebagai media dakwah untuk mengembangkan ajaran agama Islam.
Tarian ini cukup berkembang di Aceh Utara, Pidie dan Aceh
Timur. Tarian ini dibawakan dengan mengisahkan pelbagai macam masalah yang
terjadi agar masyarakat tahu bagaimana memecahkan suatu persoalan secara
bersama. Pada mulanya tarian seudati diketahui sebagai tarian pesisir yang
disebut ratoh atauratoih, yang artinya menceritakan, diperagakan
untuk mengawali permainan sabung ayam, atau diperagakan untuk bersuka ria
ketika musim panen tiba pada malam bulan purnama.
Dalam ratoh, dapat diceritakan berbagai hal,
dari kisah sedih, gembira, nasehat, sampai pada kisah-kisah yang membangkitkan
semangat. Ulama yang mengembangkan agama Islam di Aceh umumnya berasal dari
negeri Arab. Karena itu, istilah-istilah yang dipakai dalam seudati umumnya
berasal dari bahasa Arab. Diantaranya istilah Syeh yang berarti pemimpin, Saman
yang berarti delapan, dan Syair yang berarti nyayian.
Tari Seudati sekarang sudah berkembang ke seluruh daerah
Aceh dan digemari oleh masyarakat. Selain dimanfaatkan sebagai media dakwah,
Seudati juga menjadi pertunjukan hiburan untuk rakyat. ***
Sanggar Seni Seulaweuet didirikan
oleh beberapa orang mahasiswa IAIN Ar-Raniry dengan beragam bidang studi yang
terdiri dari sejumlah peminat seni budaya Aceh. Secara resmi Sanggar Seni Seulaweuet dicatatkan dengan status badan hukum Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan NAD, Rabu 22
Maret 2000 dengan Akte Notaris no: 1045/I07.A9/KS.00.08/2000. Sedangkan embrionya sudah terwujud
sejak 26 April 1997 yang
dirintis oleh M. Isa, S.Ag, M. Andi Sabri, S.Ag dan Ibalda Safwan Idris.
Hal
tersebut diungkapkan oleh Muksal Mina, S. Sos. I kepada Kabar Aceh saat ditemui disanggarnya yang
bermarkas di Jalan Teuku Nyak Arief, Teungkop Aceh Besar. Muksal Mina yang
akrab disapa Muksal juga merupakan Ketua Umum (Ketum) Sanggar Seni Seulaweuet
periode 2012-2013.
Muksal
juga menambahkan bahwa sistem yang dianut oleh Sanggar
Seni Seulaweuet yaitu bersifat
kekeluargaan, bukan berorientasi bisnis serta memiliki komitmen untuk ikut
serta sebagai kelompok masyarakat yang ingin mempertahankan seni budaya Aceh.
Secara khusus Sanggar Seni Seulaweuet berkonsentrasi pada jenis-jenis tarian tradisional
Aceh, pengembangan tarian tradisi menjadi tarian garapan baru dan musik yang
berbasis pada alat musik tradisional.
“Sanggar Seni Seulaweuet juga merupakan salah satu lembaga
yang turut di dalamnya menjalankan dakwah Islamiah lewat syair-syair dan
pesan-pesan yang dilantunkan oleh syech dan penari dalam memainkan sebuah
tarian kepada penonoton seperti, pujian-pujian kepada Allah SWT, Selawat ke
atas Nabi, lagu-lagu Islami yang mengandung pesan mengenai tauhid, akhlak,
syariah, dan kritikan-kritikan sosial sehingga disetiap gerakan yang serempak
penuh dengan kekuatan heroisme ke Acehan
yang ditampilkan memiliki daya tarik dan kekaguman tersendiri terhadap
tarian yang dimainkan dan tidak melenceng dari nilai-nilai keislaman”
Ugkapnya Muksal dengan tegas.
Muksal
juga menambahkan sanggar seulaweuet saat ini memiliki anggota yang masih aktif
sebanyak 250 orang ini memiliki terbagi dalam beberapa jenis kesenian tarian
terdiri dari lima tarian putra
dan enam tarian putri diantaranya, Rapai
Geleng, Saman Gayo, Likok
Puloe Putra, Ratoh Bantai dan Seudati.
Sedangkan tarian putri diantaranya, Ranup
Lampuan, Rateb Meuseukat, Laweuet, Ratoh
Duek, Likuk Pulo dan Meusare-sare.
“Sanggar
Seni Seulaweuet juga memiliki beberapa grop seperti Drama, Pantomin, Kabaret,
Teater dan Trobadur, yang dimainkan oleh putra dan putrid” ungkapnya
sambil tersenyum.
Saat
ditanya tentang tarian seudati muksal mengatakan bahwasanya setiap orang pasti
tau kalau seni seudati
ini merupakan salah satu kesenian tradisional Aceh yang
begitu familiar di mata masyarakat umum dan masyarakat Aceh sendiri ataupun
masyarakat luar lainnya. Seudati merupakan salah satu kesenian tari rakyat, yang pada dasarnya sebagai alat media
menyampaikan penerangan Agama (media dakwah) yang lebih ditujukan pada
penyampaian syair (kisah).
Kemudian
dengan berjalannya waktu tari Seudati
kemudian benar-benar berperan sebagai petunjuk hiburan populer untuk rakyat.
Unsur kisah dikurangi dan ditonjolkan adalah unsur gerak dan tempo grafik yang
berkembang menaik(melejit). Dalam kata kunci gerak lazim disebut kekompakan yang
tinggi. Tari Seudati merupakan perlambang gerak heroik dan penuh keceriaan,
seakan-akan memperlihatkan sebuah ungkapan kemenangan dari Medan laga. tari ini
dalam perjalanan hidupnya, tetap mengekpresikan kepribadian masyarakat Aceh,
terbuka, lugas, dinamis, perkasa, dan heroik.
Bila kita cermati perjalanan seni tari seudati dari masa ke masa banyak sekali terjadinya
pergeseran-pergeseran nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Hal ini sangat
memprihatinkan kita semua selaku generasi penerus bangsa untuk selalu menjaga
dan mengembangkan sebuah nilai-nilai tradisi yang di tinggalkan oleh Indatu
kita terdahulu.
Oleh
karena itu saya dan teman-teman dari sanggar seulaweuet sangat mengharpkan
kepada semua teman-teman masyarakat yang khususnya di bidang seni tari harap
tidak merubah ataupun menambah-nambahkan apapun kedalam kesenian yang memang
sudah ada. Karena sesungguhnya sebagian dari anda juga mungkin memikir itu akan
terlihat bagus, tapi sesungguhnya yang terjadi malahan kebalikannya yaitu anda
telah menghingkan nilai-nilai tradisi yang di tinggalkan oleh Indatu kita
terdahulu.
Muksal
juga menerangkan bahwa Sanggar Seni
Seulaweuet Mahasiswa IAIN Ar-Raniry Banda Aceh yang dibawah komandonya saat ini
juga telah banyak memberikan kontribusi aktif dalam mengembagkan kesenian di
bumi serambi mekah ini dalam perjalanan sanggar seulaweuet telah banyak berkiprah
dalam penampilan-penampilan besar baik tingkat nasional maupun internasional,
diantaranya.
Penampilan
Rapai Geleng dan Saman dalam acara festival saman ke IV di taman Mini Indonesia
Indah Jakarta, penampilan tarian pada acara Pesta Konvokesyen yang berlangsung
di Universiti Sultan Idris Malaysia pada tahun 2011, penampilan tarian pada
acara pameran dagang dan pentas budaya ASEM Trade and Investment on SMEs di
Qingdao-Baijing China pada tahun 2007, Penampilan tarian di acara ICCE
(International Confrensi and Culture event) Honolulu Hawaii-USA
pada tahun 2008, Penampilan tari dalam acara World Expo Sanghai di Cina
pada tahun 2010, Penampilan tarian dalam acara festival Foklore Dance di Yalova
Turki pada tahun 2010, dan Penampilan Rapai Geleng, Saman, Seudati dan
Musik dalam acara Yunus Emre Musik festival di Eskisehir Turki pada tahun 2010.
Ungkap Muksal. (Aditya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar