Home » » Mengais Rezeki Dari Tumpukan Sampah Di Instansi Perkantoran

Mengais Rezeki Dari Tumpukan Sampah Di Instansi Perkantoran

Written By Unknown on Minggu, 16 Juni 2013 | 07.51


Sigli - Suatu tempat orang bekerja di kursi empuk, diterpa sejuknya AC, di dalam ruangan gedung eksklusif dan dengan gaji menggiurkan, maka ada di suatu tempat lain sekelompok seorang harus berpeluh keringat di lokasi yang berbau busuk penuh lalat, di bawah teriknya sengatan matahari atau harus basah bercampur kotoran hanya demi mencari rezeki yang tak seberapa serta belum tentu cukup untuk kebutuhan hidup.

Begitu ungkapan yang pantas untuk menggambarkan betapa keras, getir dan besarnya perjuangan seorang pemulung dalam mengais rezeki diantara tumpukan dan onggokan sampah.Saat orang lain membuang barang yang dianggap sudah tak berguna lagi, namun , bagi mereka buangan tersebut akan menjadi begitu bermanfaat dan berkah sebagai sumber rezeki bagi seorang pemulung.

Sore itu jam menunjukan pukul 16.30 wib dengan cuaca hujan gerimis, sang pemulung itu terlihat dengan wajah lesu serta bercampur keringat sedang  duduk di sebuah kantin yang sudah ditutup oleh pemiliknya, tepatnya dibelakang kantor Sekdakab Pidie. Ia sedang beristirahat sambil membersihan botol plastik air mineral dengan sebilah pisau yang selalu dibawanya, botol plastik tersebut dikumpulkan dari  hasil mengais pada tumpukan dan onggokan sampah di seluruh lingkungan Instansi Pemerintah Kabupaten Pidie. Ia lakukan itu pada sore hari ketika jam kantor telah tutup.

Tak lain Lelaki yang lusuh itu bernama Rahmadhani umurnya sekitar 45 tahun, tercatat sebagai warga desa  giging kecamatan Pidie dan saat ini telah mempunyai tanggung jawab  sebagai kepala keluarga, istrinya bernama Samsidar dan serta telah mempunyai dua orang anak, yang masih berstatus pelajar, yakni anak pertama seorang putri bernama Candani saat ini masih duduk bangku SMK, dan anak kedua Idriansyah bersekolah di SD Negeri 5 Gigieng.

Saban hari suami dari Samsidar ini menggais rezeki dari onggokan sampah tumpukan kantor pemerintah Kabupaten Pidie, profesi sebagai pemulung sudah ditekuni nya sejak tahun 2007 hingga sekarang. Hanya berbekal sebuah motor becak yang tergolong sudah usang itu. Ia mengangkut hasil dari pengais tersebut. Namun baginya, meskipun harus berteman dengan tumpukan sampah tapi bagi ayah dari Candani ini bersyukur pada pekerjaan yang di gelutinya saat ini.

“Karena, pekerjaan ini tanpa mengeluarkan modal sedikitpun cukup berbekal motor becak saja, hasil jerih payah yang di dapatkan hanya mencukupi  untuk menutupi biaya kebutuhan rumah tangga sehari-hari” kata sang pemulung itu sambil mengusapkan keringat.

Barang bekas seperti botol plastik air mineral yang telah dibersihkan nantinya dijual ke tempat penampungan barang-barang bekas kawasan di lungputu, dengan harga yang sudah dibersihkan Rp 4000 kg, dalam satu hari ia mendapat penghasilan rata-rata antara Rp 30 s/d 40 ribu dari penjulan tersebut.  

Walau hasil penjualan barang bekas tersebut hanya menutupi biaya kebutuhan rumah malah kadang tak sesuai harapan, namun dirinya tetap merasa bersyukur dan terus bekerja berpeluh keringat.Tak ada keraguan sedikit pun membersihkan kotoran berupa air berbau yang melekat pada plastic,botol,kertas demi untuk dapat terjual dengan harga maksimal.

Mungkin hanya segelintir orang menganggap profesi pemulung ini pekerjaan yang hina, akan tetapi bagi kami sebatas halal dan tidak merugikan orang lain,”ujarnya kepada wartawan.

Meskipun telah membantu Pemerintah dalam menanggulangi permasalahan agar sampah tak menggunung di lokasi pembuangan. Namun siapa yang mau peduli soal jasa pemulung ini, karena memang di Negeri ini hanya orang berbaju dinas resmi lah yang biasa mendapat tanda jasa/penghargaan karena tugas pengabdiannya. (sal)



Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Copyright © 2011. Kabar Aceh - All Rights Reserved
Alamat Redaksi/ Bisnis/ Pemasaran: Jln.Mohd.Taher,Kec.Lueng Bata,Banda Aceh. Telp/Hp: 081360224009