Diantara berbagai seremonial peringatan 9 tahun gempa
bumi dan tsunami Aceh banyak di antara kita mungkin melupakan berbagai hikmah
dibalik cobaan yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Perdamaian antara
Indonesia dengan Gerakan Aceh Merdeka merupakan salah satu dari jutaan hikmah
dibalik musibah itu kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kamis, 26 Desember 2013 tepat 9 tahun sudah peristiwa
gempa bumi dan tsunami aceh terjadi. Hingga saat ini masih banyak peran dan
tugas yang harus diselesaikan pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat aceh.
Dengan tidak terlena euphoria yang semata hanya untuk menafikan bahwa rakyat
sudah sejahtera dan pembangunan fisik telah terlaksana, tapi hal ini merupakan
anomali. Kita harus mengakui bahwa perdamaian ini merupakan perdamaian semua
kalangan dan tidak lagi terprovokasi dengan segilintir elit elit yang
mengatasnamakan dirinya untuk tujuan kemerdekaan aceh. Akan tetapi, sekarang ini
aceh telah merdeka dari segala bentuk kebakuan yakni konflik dan bencana besar
tsunami. Yang menjadi tantangan kedepan ialah mempersatukan seluruh gagasan
pikiran untuk membangun aceh yang moderat dan agamis.
Dewan Pimpinan Taman Pelajar Aceh Yogyakarta,
memperingati Gempa Bumi dan Tsunami Aceh dengan melakukan Pendakian massal dan
malam Renungan di Puncak Gunung Merapi Yogyakarta. Pendakian ini dimulai pada
hari rabu 26 Desember 2013 pukul 01.00 dinihari dan sampai ke puncak pada pukul
07.00 Waktu Yogyakarta. Pedakian ini diikuti oleh 50 mahasiswa aceh di
Yogyakarta 10 diantaranya merupakan mahasiswi.
M.Chandra Rizqi selaku ketua Tim Pendakian Massal
mengatakan “gunung merapi merupakan gunung berapi teraktif di Indonesia dan
merupakan gunung tertinggi di Yogyakarta, gunung yang memiliki ketinggian 2968
mdpl ditempuh dalam waktu 5 jam normal, akan tetapi dalam pendakian ini ada
beberapa rekan kami yang mengalami kelelahan dan kedinginan, dengan mengucap
syukur Alhamdulillah pendakian yang kami lakukan dapat ditempuh dengan waktu 6
jam dan semua pendaki sampai pada titik upacara yakni pasar bubrah”. “Tsunami
adalah semangat di balik kesedihan, maka kita sebagai generasi Aceh harus kuat
untuk menuju tingkat tertinggi yang lebih baik,” ungkap Chandra yang sering
disapa Mas Coy.
Agam Zafina salah satu pendaki mengatakan “pendakian ini
sungguh sangat menguji mental karena dalam 2 minggu terakhir Yogyakarta
mengalami cuaca hujan. Akan tetapi, pada pendakian kali ini cuaca terlihat
sangat cerah dengan sapaan bulan bintang dan merahnya matahari terbit di puncak
gunung merapi.”
Taufik Akbar, Ketua Umum Taman Pelajar Aceh Yogyakarta
juga ikut andil dalam pendakian. Taufik mengatakan “peringatan 9 Tahun Tsunami
aceh di yogyakarta kali ini merupakan yang spesial, karena baru pertama kali
diperingati di puncak gunung merapi. Pendakian massal ini mengambil tema
‘Geunta Perantauan’, yang mana kami sebagai mahasiswa Aceh yang merantau ke
Yogyakarta tetap mengingat bahwa Aceh adalah tanah dimana kami dilahirkan.
Pendakian massal ini juga diikuti dengan malam renungan serta upacara
pengibaran bendera Merah Putih dan pengibaran bendera bulan bintang. Taufik
menambahkan “Bendera seharusnya tidak menjadi sumber perpecahan, tetapi sebagai
symbol penyatuan rakyat Aceh. Ini terlihat dari besarnya antusias para pendaki
yang berasal dari berbagai daerah di Aceh.” Semua pendaki dengan selamat
kembali lagi ke balee gadeng pada pukul 01.00 dinihari tanggal 27 desember
2013. (***/Adi Doles)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar