Salah satu
komoditas yang dituding menjadi penyebab tingginya defisit neraca perdagangan
adalah telepon seluler. Nilai impor komoditas ini termasuk yang tertinggi.
Wakil Menteri Keuangan, Mahendra Siregar
menyebutkan, nilai impor telepon seluler dalam enam bulan terakhir mencapai USD
1 miliar.
"Keuangan negara kita defisit akibat
nilai impor handphone dan sejenisnya mencapai USD 1 miliar. Bayangkan berapa
besar uang kita tersedot ke luar negeri untuk hanya membeli handphone,"
kata Mahendra Siregar, seusai acara Business Gathering Indonesia Eximbank di
Hotel Aston Tanjungpinang, Kepulauan Riau, seperti dikutip Antara, Sabtu
(14/9).
Tingginya tingkat
impor telepon seluler sempat melahirkan wacana untuk mengenakan Pajak Penjualan
Barang Mewah (PPnBM) untuk komoditas ini. Namun Menteri Perdagangan Gita Wirjawan meminta Kementerian Keuangan tidak memasukkan
telepon seluler sebagai salah satu komoditas yang dikenakan PPnBM. Alasannya,
telepon seluler sudah bukan barang mewah.
AKhirnya, Wamenkeu hanya bisa mengimbau
masyarakat tidak berlebihan membeli telepon seluler. "Cukup satu
saja," ujarnya.
Mahendra juga mengatakan kondisi ekonomi
global saat ini menyebabkan nilai ekspor Indonesia menurun lantaran harga
berbagai komponen penunjang ekspor juga mengalami kenaikan.
"Saat ini masih belum bisa
memprediksikan kapan kondisi ekonomi global seperti kenaikan suku bunga bank
akan kembali normal. Negara-negara dunia kini terpaksa menaikkan nilai suku
bunganya dan dampaknya semua komponen ekspor juga naik," kata Mahendra.(*)
merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar