Home » , » Makam Sultan Iskandar Muda

Makam Sultan Iskandar Muda

Written By Unknown on Kamis, 13 Juni 2013 | 10.05


Bangunan yang memiliki 12 tiang penyangga kokoh, namun sama sekali tidak memiliki dinding. Seluruh bangunannya berwarna krem pekat dan tampak sangat terawat. Di sinilah terdapat sebuah makam seorang Raja Aceh yang sangat termasyur hingga saat ini. warna makam dicat warna putih dengan paduan les hijau tua yang kontras. Di sekelilingnya terdapat tulisan kaligrafi berwarna emas. Dibandingkan dengan makam yang lain, makam ini tampak sangat ‘berkharisma’ dan mempunyai nilai historis paling tinggi.
Makam tersebut adalah milik Poeteumeureuhom Sultan Iskandar Muda. Seorang raja kharismatik yang pernah membawa Aceh pada puncak kegemilangan. Sebagaimana tertulis di dinding makam, Sultan Iskandar Muda dilahirkan pada tahun 1590 Masehi dan wafat pada tanggal 27 Desember 1636 dalam usia 42 tahun.
Sultan Iskandar Muda memerintah sejak tahun 1607 sampai tahun 1636 Masehi. Ia telah menjadi Sultan sejak berusia 17 tahun. Meskipun usianya masih sangat belia ketika itu, namun ia memiliki kecakapan luarbiasa dalam memimpin.  Ia juga seorang yang sangat adil dan bijaksana sehingga disegani oleh kawan maupun lawannya. Meski pun telah menjadi seorang Sultan beliau sangat taat pada hukum agama dan tunduk pada hukum adat.
Pada masa itu ia mampu membuat Aceh memiliki 600 buah Seukunar (kapal perang berlambung rendah), 130 unit kapal pengangkut yang memiliki kapasitas 30 ekor gajah dan 200 prajurit. Dan memiliki sebuah kapal raksasa (kapal induk) bernama Cakra Donya yang digunakan sebagai aba-aba komando.
Di 32 wilayah yang berbeda Sultan menempatkan 216.500 prajurit, dan lima ribu ekor kuda yang tersebar mulai di wilayah Pidie, Pase, Teunom, Daya, Jeumpa, Tamiang, Aru, Langkat, Serdang, Deli, Bedagi, Batu Bara, Asahan sampai ke Siak. Sebagiannya lagi di Banan, Temusik, Trumon, Bengkulu, Bengkulen, Kampar dan Pariaman. Juga di wilayah Selida, Toba, Nias, Isaq, Linge, Johor, Pahang hingga ke Pattani.
Tahun 1634 Masehi, Sultan Iskandar Muda memimpin sendiri serangannya ke Malaka untuk menyerang Portugis. Dengan komando dan strategi dari kapal induk Cakra Donya ia mengerahkan 300 kapal dengan jumlah 25 ribu personil. Pasukannya berhasil menghancurkan armada Portugis dan berhasil mengepung benteng La Famosa selama setahun.
Namun Patani, Johor dan Kedah akhirnya bersekongkol untuk mengkhianati Aceh. Ke tiga wilayah yang berada di bawah kesultanan islam Nusantara itu bersekutu dengan Portugis untuk memblokade darat dan mereka bisa masuk ke dalam benteng La Fosa.
Persekutuan ini menyebabkan pecahnya perang hingga tiga bulan lamanya dan menelan korban hingga 15 ribu pasukan di pihak Aceh. Setahun kemudian Sang Pemimpin pun mangkat.
Sekarang, setelah 306 tahun berlalu, bahkan ketika kelak ranting-ranting pohon Asam di Gedung Juang lapuk dimakan usia, dan meriam-meriam buatan Belanda, Portugis dan Jepang tidak sanggup lagi bertengger di tempatnya, namun Sang Sultan tetap menjadi idola di hati rakyat Aceh.[]
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Copyright © 2011. Kabar Aceh - All Rights Reserved
Alamat Redaksi/ Bisnis/ Pemasaran: Jln.Mohd.Taher,Kec.Lueng Bata,Banda Aceh. Telp/Hp: 081360224009