Pemerintah melalui
Badan Urusan Logistik (Bulog) telah mengimpor daging sapi dari Australia.
Selain 3.000 ton daging beku untuk operasi pasar jelang lebaran itu,
Kementerian Perdagangan juga bersiap membuka keran impor sapi siap potong,
lagi-lagi dari Negeri Kanguru.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
mengkritisi kebijakan impor itu. Sebab, sapi Australia disinyalir kurang sehat
karena memakai hormon untuk penggemukan. Sementara sampai sekarang, pemerintah
tidak memberi jaminan tegas bahwa daging impor itu bebas masalah kimiawi.
Konsumen perlu mewaspadai hal tersebut karena
pemerintah tidak menginformasikan atau memberikan jaminan bahwa daging sapi
dari Australia itu bebas hormon atau tidak, kata pengurus harian YLKI Tulus
Abadi, melalui siaran pers, Rabu (24/7).
Menurutnya, hal tersebut perlu diwaspadai
karena Australia merupakan salah satu negara yang masih melegalkan hormon untuk
penggemukan sapi. Sedangkan di Indonesia, cara serupa sudah dilarang sejak
1988.
Hormon pada daging sapi, tambah Tulus,
bersifat memicu kanker alias karsinogenik. Bahaya itu sudah terbukti di Amerika
Serikat, di mana anak-anak di Negara Paman Sam tersebut banyak yang terkena
kanker akibat mengonsumsi daging sapi mengandung hormon buatan.
Amerika Serikat juga masih melegalkan hormon
untuk daging sapi, sedangkan negara-negara Eropa sudah melarangnya.
Hormon pada daging sapi memang bisa netral
setelah disimpan dua bulan, dan tiga bulan untuk jeroannya. Tulus menuding
proses impor Bulog dan Kemendag yang tergesa-gesa sebulan terakhir berpeluang
besar mengabaikan faktor kesehatan itu.
"Nah, apakah daging sapi beku yang
diimpor dari Australia sudah diendapkan selama minimal dua bulan? Jika belum,
berarti daging sapi impor itu mengandung hormon, dan pemerintah melanggar
aturannya sendiri," kata Tulus.
YLKI mengimbau agar konsumen tidak membeli
daging impor tersebut jika belum ada informasi atau jaminan dari pemerintah
bahwa daging sapi impor dari Australia bebas penggunaan hormon.
Bulog mendapat tugas dari pemerintah menjadi
stabilisator harga pangan jelang Lebaran. Perusahaan pelat merah itu sejak awal
Juli mendatangkan 3.000 ton daging beku dari Australia dan Selandia Baru.
Sejauh ini, baru 16 ton daging yang masuk ke
Tanah Air melalui jalur udara. Total 800 ton yang akan diangkut menggunakan pesawat.
Sisa 2.200 ton daging beku datang dengan laut, dijadwalkan tiba bertahap 21
Juli kemarin.
merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar